Cinta dalam Stoples merupakan kumpulan cerpen yang berisi 13 cerpen tentang cinta, kehidupan dan persahabatan. Judul buku ini, Cinta dalam Stoples, diambil dari kisah pertama yang membuka untaian cerpen ini. Kisah sederhana tentang sepasang suami istri, Aya dan Yuda, namun filosofi yang terkandung begitu dalam. Selama ini mungkin qta berpikir,cukuplah qta mencintai, tak perlu dicintai. Tidak Penting pasangan qta merasakannya atau tidak. Tapi tidak bagi Aya. Karena merasa suaminya tidak butuh dicintai, maka ia mengambil cintanya dari dada suaminya, dan memasukannya kedalam stoples. Berikut kutipan dari 13 cerpen tersebut...
1. CINTA DALAM STOPLES
(Rosi L. Simamora)
" Aku cuma menginginkan cintaku." Dibukanya tutup stoples itu.
Lekat- lekat kutatap benda dalam genggaman istriku itu, lalu dengan ragu kubuka hatiku, kucabut cinta Aya dari situ, dan kumasukkan ke dalam stoples.
Aya menutup stoples lalu mengangkatnya kedekat wajahnya, matannya menatap cintanya dengan muram.
2. MENYUNTING KENANGAN
(Novia Stephani)
Mereka menyebutnya "menyunting kenangan".
"Anda sudah benar- benar yakin ingin menyunting kenangan Anda?"
Gadis dihadapanku tersenyum. "kami sangat yakin dengan keberhasilan dan keamanan layanan kami. Tapi demi formalitas, kami perlu pernyataan resmi dari Anda bahwa penyuntingan kenangan ini dilakukan atas kehendak Anda sendiri. Anda sadar sepenuhnya apa yang akan Anda alami dan Anda tidak dipaksa siapa pun untuk melakukannya."
3. TIDAK RELEVAN LAGI...
(Donna Widjajanto)
Sikap kamu yang sok polos itu tidak laku lagi zaman sekarang, Ndro!
Tidak relevan lagi!Nah, sekarang kamu mau ikut main, atau mau keluar dan mati?"
Hendro hanya bisa bengong terlongong-longong.
" Bos saya itu memang aneh, Pak Petrus, masa sikap saya dibilang tidak relevan. Padahal bukankah kejujuran itu nilai dasar yang yang mesti dijaga manusia?"
4. BINTANG
( Novia Stephani)
Planetku. Aku berhenti diambang anjungan, menahan nafas, terpesona. Dijendela yang memenuhi satu sisi anjungan, planetku... planetku menyambutku dengan kecantikannya yang lembut. Laut biru keunguan mengintip di sela-sela awan putih, daratan- daratan hijau kebiruan meneruak disana- sini, pulau- pulau yang menjanjikan gunung- gunung, danau, air terjun, sungai, ngarai. Sisi planet itu yang menyambut pagi bersemburatkan warna merah jambu dan ungu lembut, sementara sisi yang menjemput malam bernuansa ungu tua dan jingga gela[p. Begitu indah. Aku terus tertegun di hadapan kemegahannya. Planetku.
5. DITOLAK
( Indah S. Pratidina)
Jadi begini rasanya ditolak?
tidak terlalu enak.
Ini sudah pilihanku. Setengah jam yang lalu di kantor, aku berkata pada diriku sendiri, ada atau tidak ada jawaban darinya aku akan tetap pergi. Aku akan tetap bersenang- senang, walaupun itu artinya jalan sendiri.
Hm, aku mulai mengasihani diriku sendiri! Lagi!
6. DAN CINTA PUN PERGI
( Hetih Rusli)
Aku bisa merasakan gumpalan rasa perih didadaku yang memaksa naik ke tenggorokan, tapi kutelan gumpalan itu, mendesaknya turun. Untuk sedetik aku ingin kembali masuk lalu memeluk perempuanku dan mengatakan semuanya baik- baik saja, bahwa ku mencintainya dan rela menerimanya kembali. Hanya sedetik, dan pada detik selanjutnya aku menutup pintu dibelakangku dengan mantap. Kemarin, saat aku melangkah keluar kamar, cinta pun ikut pergi dari hatiku. Tidak ada cinta lagi yang tersisa dihati yang sudah mati rasa.
7. ULANG BULAN MAWAR BIRU
(Nung Atasana)
Rangkaian bunga segar dengan dominasi mawar biru bertengger diatas meja Vembri. Rangkaian cantik dengan sepucuk surat tersemat. Mata Vembri memindai rangkaian bunga di meja kerjanya. Si pengirim tahu persis bunga Favoritnya: mawar biru. Siapa pun dia, perlu usaha ekstra. Dan yang pasti, dana ekstra. Tidak mudah mendapatkan mawar biru di Jakarta.
8. TAKSI
( Donna Widjajanto)
Sebetulnya Uun tidak terlalu butuh uang. Istri dan anak tunggalnya puas hidup di rumah kontrakan dan makan sayur bening bayam setiap hari. Sesekali Uun busa mengajak mereka jalan- jalan di mal yang banyak terdapat di Jakarta ini, dan meskipun tidak sanggup mentraktir mereka makan di restoran, isri dananaknya sudah puas dengan pameran kemewahan itu. Biaya sekolah anaknya pun masih bisa di tutupi dengan pendapatan sebagai sopir taksi. Jadi apa? Untuk apa ini semua?
9. JANGAN MATI HARI SABTU
( Febrina Fialita)
Apakah manusia bisa lepas dari tali- tali nasibnya? Apakah kehidupan ini hanya sebuah skenario yang harus dijalani, dan apapun yang menjadi pilihan manusia akan membuahkan hasil yang sama?
Sebelum mengakhiri doa, Rona teringat sesuatu. Buru- buru dia menambahkan:
Tuhan, Rona terdiam sejenak, dari segala pilihan dan takdir yang Engkau siapkan untuk hamba, jika hamba punya hak untuk memilih, jangan biarkan hamba mati di Jakarta pada hari Sabtu. Amin.
10. HITAM, PUTIH, ABU- ABU
(Novia Stephani)
Ia bahkan sempat bersumpah bahwa ia akan membunuh cinta dalam hatinya. Dan setelah sumpah itu di ucapkan, keganjilan itu pun terjadi. Lelaki itu dan sekitarnya perlahan- lahan kehilangan warna. Lama- kelamaan tanaman- tanaman disekeliling rumahnya pun mati karena tidak lagi bisa berfotosintesis, dan dalam radius sekitar lima belas meter disekitar rumah lelaki tua itu kini tidak ada makhluk hidup apapun. Orang- orang kampung yang merasa prihatin pada keadaanya masih kerap datang untuk mengantarkan makanan. Tapi lelaki tua itu tak pernah lagi bertandang ke perkampungan. Lagi pula orang- orang takut kepadanya. Ia membawa dunia hitam, putih dan abu- abunya kemna pun ia pergi.
11. SORE ITU, BERSAMAMU
( Novera Kresnawati)
"Terima kasih ya, Nin."
"Apanya?"
" Karena mau menjadi istriku."
Kalimat itu bagaikan menusukku. Aku menahan napas, berusaha menghilangkan nyeri didada. Bukan nyeri karena sakit, ini nyeri karena bahagia, nyeri karena haru, nyeri karena sudut- sudut hatiku yang selama ini kututup kini tersentuh.
12. KITA ADA DISINI
(Siska Yuanita)
Ini pertama kalinya aku kembali ke Bali sejak hampir dua tahun lalu. Masih terbayang jelas kenangan manis- getir liburan itu. Aku meringis. Tapi aku kesini bukan untuk mengenang- ngenang. Aku ke sini untuk mencari penyelesaian.
13. LELAKI, PEREMPUAN, DAN PANTAT
( Rosi L. Simamora)
" Cintaku tidak berujung, Mai, melainkan merupakan keutuhan yang tak berputus. Cintaku bisa bermula dimana saja, tidak mesti pribadi, kecerdasan, tawa, mata, bahkan pantat. Dan dimana pun ia bermula, cinta itu bisa berkembang menjadi seutuh- utuhnya, dan mencakup seluruh diri orang itu. Dari mana pun cinta bermula, menurutku sih tidak ada bedanya, sebab yang penting bukan awal mulanya, melainkan proses menjadi utuhnya. Ya, kan?"