(GERHANA TERAKHIR)
Kisah seorang cucu (Sarah) yang diwariskan sebuah buku harian oleh kakeknya.Buku harian yang penuh petuah dan pengetahuan yang telah dikumpulkannya selama hidupnya. Dia (kakek) menggunakan buku sebagai panduan dalam menjalani hidup dan mengukur dirinya berdasarkan prinsip dan standar yang terpatok dalam buku itu.
Berikut sedikit kutipan buku harian sang kakek:
Puisi:
Sewaktu muda, aku memikirkan banyak hal.
Pikirku aku membutuhkan kebebasan,
Tapi kata orang aku butuh pengarahan.
Pikirku aku bisa membuat pilihan sendiri,
Tapi kata orang aku punya kewajiban.
Pikirku aku seharusnya mengikuti impianku,
Tapi kata orang aku harus mengikuti peraturan.
Sewaktu muda, aku memikirkan banyak hal,
Tapi aku sudah lebih tua kini,
dan semua pikiranku sudah tiada.
Kata bijaksana:
"Ada orang yang menghabiskan hidup tanpa sekalipun
mencoba hal- hal baru,Karena mereka takut gagal.
Yang tidak mereka sadari adalah,
walaupun orang pemberani tidak hidup abadi,
orang yang selalu berhati- hati malahan
tidak pernah hidup sama sekali."
Belajar bepikir sendiri:
Kalau kita buang semua bagian diri kita
yang merupakan hasil dikte orang lain,
apa yang tersisa?
Kita bangga akan individualitas kita,
tapi kita berusaha menjadi apa yang diharapkan
orang lain dari diri kita.
Dalam usaha kita agar disukai orang lain,
kita menyerahkan kendali atas hidup kita sendiri,
dan membiarkan mereka yang menentukan nasib kita.
Untuk menghibur diri, kita memciptakan hal- hal
yang kreatif untuk menyenangkan diri kita,
agar kita tetap gembira. agar kita tetap sibuk.
Agar kita tidak perlu memikirkan apa saja kehilangan kita.
Kita menganggap diri kita penguasa atas segalanya di bumi ini,
Tapi karena kita tidak berkuasa membuat keputusan sendiri,
sesungguhnya kita bukanlah penguasa apapun.
Kita hidup dalam sangkar yang terbuat dari
Tuntutan, rutinitas, dan kebiasaan,
dan setelah begitu lama hidup dalam batas- batas ini,
kita lupa sesungguhnya kita terperangkap.
Kalau kita buang semua bagian diri kita
yang merupakan hasil dikte orang lain,
apa yang tersisa?
Masih adakah yang tersisa?
0 comment:
Posting Komentar